Bisnis.com, BATAM - Presiden Indonesia ke-3 B.J.
Habibie langsung mengangkat jempolnya ketika ditanyakan kondisi Batam
saat ini. Sebagai orang pertama yang menjadi Kepala Badan Otorita Batam
pada 1971, selama tiga hari ia punya agenda padat di sini.
"Back to basic. Pimpinan BP Batam sekarang begini," katanya sambil mengangkat jempolnya tinggi-tinggi, menjawab pertanyaan Bisnis.com di restoran Nogosaya, Turi Beach Resort, Nongsa, Batam (Jumat, 28/4/2017).
Kepala
Badan Pengusahaan (BP) Batam Hatanto Reksodipoetro yang didampingi oleh
Deputi Bidang Pelayanan Umum Gusmardi Bustami hanya tersenyum mendapat
pujian itu. Ia menjelaskan permasalahan yang dihadapi Batam saat ini,
solusinya, hingga perkembangan signifikan selama setahun
kepemimpinannya.
Back to basic yang dimaksudkan Habibie
adalah untuk memajukan Batam, harus kembali kepada cita-cita awal yaitu
menjadikannya sebagai tulang punggung pembangunan nasional. "Jika kiprah
pimpinan yang bagus seperti ini, saya yakin lima tahun lagi Batam makin
berkembang."
Sekarang saja, katanya, sudah menjadi kawasan free trade zone dengan berbagai industri pengolahan di dalamnya.
Suami
dari (almh) dr. Ainun mengenang masa lalunya ketika pertamakali
memimpin Batam. Awalnya Batam hanyalah pulau kosong yang dihuni oleh
kancil dan nelayan bugis. "Di pesisir pantai itu hanya ada nelayan,
orang bugis dan mereka berontak saat pengembangan Batam," kata ayah dari
Ilham Akbar dan Thareq Kemal itu.
Habibie juga memiliki darah
Bugis dari ayahnya dan darah Jawa dari ibunya. "Persoalan nelayan Bugis
itu bisa diselesaikan dengan pendekatan kultural," katanya disambut
gelak tawa pejabat BP Batam dan pengusaha.
Habibie yang mendapat
tugas dari Presiden Soeharto bercita-cita Batam menjadi wilayah
pengembangan industri termaju di Indonesia. Targetnya tentu mengalahkan
Singapura mengingat lokasinya sangat strategis untuk industri dan
perdagangan internasional.
Makanya ketika pertama kali
menginjakkan kakinya di Batam melanjutkan program Pertamina pimpinan
Ibnu Sutowo, yang ketika itu hanya menjadi lokasi logistik penyimpanan
pipa untuk kebutuhan perminyakan, ia langsung mengubah program yang
diputuskan melalui Keppres.
"Waktu itu, saya belum tahu di mana
Pulau Batam. Eh ketika datang dan dikawal oleh Jenderal LB Moerdani,
baru ada satu jalan di Sikupa dan saya tinggal di situ," kenangnya.
Setelah
mencermati potensi Batam, ia kemudian melaporkan kepada Presiden
Soeharto bahwa Batam harus sama dengan Singapura. Itulah sebabnya ia
membuat jembatan Barelang sehingga luas kawasannya lebih besar dari
negeri jiran itu.
Jembatan Barelang adalah singkatan dari Batam,
Rempang, dan Galang yang yang menghubungkan pulau-pulau yaitu Pulau
Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau
Galang Baru.
Masyarakat setempat ada juga yang menyebutnya
'Jembatan Habibie', karena dia yang memprakarsai pembangunan jembatan
itu untuk menfasilitasi ketiga pulau tersebut yang dirancang untuk
dikembangkan menjadi wilayah industri di Kepulauan Riau.
Selama di
Batam, Habibie juga dialog dengan pengusaha lokal, meresmikan
pembangunan Rumah Sakit Internasional dr. Hasri Ainun Habibie dan
mengunjungi Infinite Framework Studio milik pengusaha Kris Wiluan.
Ratusan animator muda berdesakan foto bersama Habibie yang masih tampak
energetik itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar