|
BATAM, BP Batam -
Perusahaan pengelola Bandara Haneda Jepang, Mitsui, serius untuk
mengembangkan Bandara Internasional Hang Nadim Batam sekaligus
menjadikan penghubung penerbangan internasional.
"Skema kerja sama dengan BP Batam. Mereka juga akan menjadikan Hang Nadim penghubung penerbangan baik penumpang maupun kargo," kata General Manager Operasional Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Suwarso, Selasa (02/05/2017).
Ia mengatakan, pada Juni mendatang perusahaan pengelola Bandara Haneda Jepang tersebut akan kembali datang ke Hang Nadim Batam untuk penandatanganan kerja sama dengan BP Batam mengenai pengembangan kawasan bandara, dengan anggaran 448 juta dolar Amerika (AS), yang disiapkan Kementerian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
"Pengembangan keseluruhan nantinya bukan hanya terminal. Karena dari sekitar 1.760 hektare kawasan bandara baru 45 persen yang sudah dikembangkan. Gambarannya nanti mereka yang akan mengembangkannya dengan kontrak tertentu yang selanjutnya menjadi hak BP Batam lagi," jelas Suwaro.
Melihat perkembangan saat ini, kata dia, Mitsui yang sepakat dengan konsep BP Batam untuk mengoperasikan Hang Nadim Batam selain Incheon dari Korea, Angkasa Pura 1 dan 2, serta perusahaan asal India.
"Yang minat banyak, tapi sepertinya untuk yang lain sepertinya belum pas dengan keinginan BP Batam. Jadi Mitsui yang kemungkinan bisa," kata Suwarso.
Pertimbangan Mitsui tertarik mengembangkan Hang Nadim, tambah Suwaro, karena bandara tersebut belum ditangani PT Angkasa Pura, kawasannya luas, posisi strategis, sehingga masih memungkinkan terus dibangun.
"Mitsui juga akan menarik penerbangan ke Asia melalui Batam. Contohnya Jepang- Indonesia-Australia dan sebaliknya. Kami yakin kalau mereka (Mitsui) yang membuka maka akan berkembang," kata dia.
BP Batam, kata dia, dengan anggaran 448 juta dolar Amerika tersebut ingin mengembangkan terminal dua dengan kapasitas 10 juta penumpang, meningkatkan kapasitas terminal satu dari 5 juta menjadi 8 juta penumpang pertahun, membangun apron, serta peralatan penunjang lainnya.
"Jika sepakat, nanti yang akan membangun Mitsui. Selama masa kontrak akan ada pembagian hasil sebelum diserahkan ke BP Batam," kata dia.
Perlu dimetahui, pihak BP Batam melakukan pertemuan dipimpin Anggota 3/Deputi Bidang Sarana Usaha, Eko Santoso Budianto saat berjunjung ke Jepang. BP Batam juga berkesempatan melakukan pertemuan "one on one" meeting dengan beberapa perusahaan Jepang yang tertarik dalam rencana pengembangan Hang Nadim seperti Deloitte, Fibetech, Nippon Koei dan Mitsui.
"Mitsui bahkan sudah menyatakan minatnya untuk ikut dalam proses tender Internasional Hang Nadim Juni ini," kata Santoso.
Purnomo mengatakan, Deputi BP Batam Eko Budianto juga menjelaskan proyek lainnya seperti pengembangan Pelabuhan Batu Ampar yang mendapat respon positif dari Mitsui.
Program yang diselenggarakan BKPM dan KBRI Tokyo di Hotel Palace Tokyo ini terdiri dari sambutan Deputy Chief of Mission KBRI Tokyo, Ben Perkasa Drajat, Keynote speech oleh Deputi Rencana Penanaman Modal BKPM, Tamba Parulian Hutapea, serta beberapa presentasi proyek skema KPBU lainnya selain Batam seperti PT PPI, Armand Hermawan mengenai Mekanisme Jaminan Pemetintah.
"Skema kerja sama dengan BP Batam. Mereka juga akan menjadikan Hang Nadim penghubung penerbangan baik penumpang maupun kargo," kata General Manager Operasional Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Suwarso, Selasa (02/05/2017).
Ia mengatakan, pada Juni mendatang perusahaan pengelola Bandara Haneda Jepang tersebut akan kembali datang ke Hang Nadim Batam untuk penandatanganan kerja sama dengan BP Batam mengenai pengembangan kawasan bandara, dengan anggaran 448 juta dolar Amerika (AS), yang disiapkan Kementerian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
"Pengembangan keseluruhan nantinya bukan hanya terminal. Karena dari sekitar 1.760 hektare kawasan bandara baru 45 persen yang sudah dikembangkan. Gambarannya nanti mereka yang akan mengembangkannya dengan kontrak tertentu yang selanjutnya menjadi hak BP Batam lagi," jelas Suwaro.
Melihat perkembangan saat ini, kata dia, Mitsui yang sepakat dengan konsep BP Batam untuk mengoperasikan Hang Nadim Batam selain Incheon dari Korea, Angkasa Pura 1 dan 2, serta perusahaan asal India.
"Yang minat banyak, tapi sepertinya untuk yang lain sepertinya belum pas dengan keinginan BP Batam. Jadi Mitsui yang kemungkinan bisa," kata Suwarso.
Pertimbangan Mitsui tertarik mengembangkan Hang Nadim, tambah Suwaro, karena bandara tersebut belum ditangani PT Angkasa Pura, kawasannya luas, posisi strategis, sehingga masih memungkinkan terus dibangun.
"Mitsui juga akan menarik penerbangan ke Asia melalui Batam. Contohnya Jepang- Indonesia-Australia dan sebaliknya. Kami yakin kalau mereka (Mitsui) yang membuka maka akan berkembang," kata dia.
BP Batam, kata dia, dengan anggaran 448 juta dolar Amerika tersebut ingin mengembangkan terminal dua dengan kapasitas 10 juta penumpang, meningkatkan kapasitas terminal satu dari 5 juta menjadi 8 juta penumpang pertahun, membangun apron, serta peralatan penunjang lainnya.
"Jika sepakat, nanti yang akan membangun Mitsui. Selama masa kontrak akan ada pembagian hasil sebelum diserahkan ke BP Batam," kata dia.
Perlu dimetahui, pihak BP Batam melakukan pertemuan dipimpin Anggota 3/Deputi Bidang Sarana Usaha, Eko Santoso Budianto saat berjunjung ke Jepang. BP Batam juga berkesempatan melakukan pertemuan "one on one" meeting dengan beberapa perusahaan Jepang yang tertarik dalam rencana pengembangan Hang Nadim seperti Deloitte, Fibetech, Nippon Koei dan Mitsui.
"Mitsui bahkan sudah menyatakan minatnya untuk ikut dalam proses tender Internasional Hang Nadim Juni ini," kata Santoso.
Purnomo mengatakan, Deputi BP Batam Eko Budianto juga menjelaskan proyek lainnya seperti pengembangan Pelabuhan Batu Ampar yang mendapat respon positif dari Mitsui.
Program yang diselenggarakan BKPM dan KBRI Tokyo di Hotel Palace Tokyo ini terdiri dari sambutan Deputy Chief of Mission KBRI Tokyo, Ben Perkasa Drajat, Keynote speech oleh Deputi Rencana Penanaman Modal BKPM, Tamba Parulian Hutapea, serta beberapa presentasi proyek skema KPBU lainnya selain Batam seperti PT PPI, Armand Hermawan mengenai Mekanisme Jaminan Pemetintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar