Kepala BP Batam Hatanto bersama Menkeu Sri Mulyani. Foto: Bp
batampos.co.id – Tahun 2017, Batam sudah harus
mendapatkan arah pembangunan yang tepat. Masyarakat menuntut agar kedua
institusi pemerintahan, yakni Badan Pengusahaan (BP) Batam dan
Pemerintah Kota (Pemko) Batam menetapkan target yang harus dicapai.
Salah satu fokus yang diminta adalah agar segera membenahi
infrastruktur terutama pelabuhan Batuampar yang masih dianggap sebelah
mata oleh dunia internasional dan kalah bersaing dengan Singapura.
“Batam sebenarnya sudah memiliki senjata sakti yakni konsep Free
Trade Zone (FTZ) dan pembebasan sejumlah pajak seperti Pajak Penghasilan
(PPh),” ujar Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Kepri, Ibnu Halim, Senin (2/1/2017).
Menurut pria yang sudah malang melintang di dunia oil and gas ini,
dengan segala senjata sakti yang dimilikinya, Batam seharusnya dapat
meraup investasi sebesar 2 Miliar Dollar Amerika pertahun. Dan itu
kurang dimanfaatkan secara maksimal oleh pemegang regulasi di Batam yang
punya kewenangan untuk menjalankannya.
“Namun, pada kenyataannya Batam hanya berada di posisi 17 untuk kota
tujuan investasi di Indonesia hingga saat ini. Padahal kota lainnya
tidak memiliki keistimewaan seperti di Batam,” jelasnya.
Ibnu kemudian menyarankan agar pemerintahan di Kota Batam jangan
hanya menguras energinya untuk membereskan masalah lahan saja. Karena
tujuan utama awal pembentukan kota Batam adalah sebagai kota investasi
berbasis industri.
Ia sangat menyayangkan bahwa dunia industri mandek dan bahkan dunia
properti yang tumbuh berkembang pesat. Namun, ditengah situasi ekonomi
global yang tengah lesu, pasar properti pun menjadi taruhan karena
menurunnya daya beli masyarakat pribumi.
“Kita sering marah karena banyak warga asing yang beli properti di
Batam. Padahal kita itu sebenarnya marah atas ketidakmampuan kita
sendiri,” ungkapnya.
Kelemahan lainnya yang ada di Batam adalah buruknya kualitas
Pelabuhan Batuampar. Pelabuhan yang berada di tepi Selat Malaka ini
bukan menjadi pilihan utama kapal-kapal yang lewat di selat strategis
dunia ini.
“Perlu diakui bahwa kecepatan penanganan Handling di Singapura sangat
bagus. Sedangkan di Batam, belum memiliki alat seperti itu,” jelasnya.
Bahkan untuk proses pemindahan kargo dari satu kapal ke kapal lainnya
atau yang sering disebut dengan proses transhipment, pelabuhan
Batuampar tidak memiliki peralatan yang lengkap.
“Mimpi untuk bersaing dengan Singapura sebenarnya masih jauh. Yang
bisa kita lakukan dalam 10 atau 50 tahun kedepan adalah menjadi
pendukung saja,” tambahnya.
Masih dengan Ibnu, sebenarnya Batam masih memiliki peluang jika mampu
membangun terminal-terminal pengisian minyak. Pasalnya di Singapura
sendiri, terminal minyak sudah banyak yang penuh dan harga minyak di
Indonesia lebih murah dari Singapura.
“Ya poin-poin penting seperti itu sangat strategis. Kami tidak ingin
pemerintah mengurus masalah lahan saja dan melupakan peran strategis
pembangunan infrastruktur,” tambahnya.
Senada dengan Ibnu, Ketua Kadin Kepri, Achmad Makruf Maulana
menyarankan agar pemerintah membenahi infrastruktur seperti bandara dan
pelabuhan.
“Tolong tingkatkan dan fasilitasi kembali bandara dan pelabuhan.
Karena merupakan hal terpenting untuk menarik investor dan memperlancar
kegiatan ekonomi,” ungkapnya.
Pemerintah juga harus memikirkan kebijakan yang berkaitan langsung
dengan kepentingan UKM mengingat peran sertanya dalam mempertahankan
ekonomi Indonesia pasca krisis moneter tahun 1998.
“Keseimbangan ekonomi harus menjadi perhatian. Jangan hanya
memikirkan investor dari luar saja, tapi pikirkan juga UKM yang telah
banyak berjasa menyelamatkan ekonomi Indonesia saat terpuruk,”
ungkapnya.
Di tempat yang berbeda, Kepala BP Batam, Hatanto Reksodipoetro juga angkat bicara terkait masa kepemimpinannya di instansi ini.
Banyak perisitiwa yang telah dialmi dimulai dari pertemuan dengan
investor, kedatangan sejumlah menteri dan duta besar asing, meluncurkan
program Izin Investasi 3 Jam (i23J dan yang paling membuat pusing adalah
penolakan terhadap tarif Uang Wajib Tahunan Otorita (UWTO) sehingga
mendapat omelan dari Ketua Dewan Kawasan (DK), Darmin Nasution.
Untuk masalah UWTO, ia mengungkapkan sudah mendapatkan rekomendasi
dari Badan Pengawas Keuangan (BPK) untuk segera menaikkan tarif lahan
karena sudah 20 tahun tidak berubah.
“Dan masalah lahan tidur dimana banyak orang tak bertanggungjawab
yang menelantarkan pembangunannya sampai 28 tahun dan campur tangan dari
pihak asing yang ingin menghambat pembangunan Batam,” jelasnya.
Untuk tahun 2017, BP Batam sudah mempersiapkan tiga rencana. Pertama,
mengembangkan daerah pariwisata dan beragam kegiatan-kegiatan budaya di
dalamnya.
Kedua membangun pelabuhan laut transit dengan konsep logistik dan
teakhir membangun bandar udara Hang Nadim menjadi bandar udara
Aerotropolis.(leo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar