Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Kamis, 05 September 2019

Memandu Pertumbuhan Ekonomi dengan Navigasi yang Andal

Rabu, 4 September 2019 (Sumber: https://batampos.co.id)


Perubahan cuaca yang cepat membuat petugas AirNav Hang Nadim harus selalu waspada.


batampos.co.id – Sebagai salah satu kawasan perdagangan bebas di Indonesia, Batam memiliki salah satu bandara tersibuk di Indonesia, yakni Bandar Udara Internasional Hang Nadim yang dikelola oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam.

Data dari Airport Council International Organisation dan Angkasa Pura menunjukkan bahwa bandara ini menduduki posisi kesembilan untuk jumlah arus penumpang terbanyak di Indonesia. Jumlahnya mencapai 6,5 juta penumpang pada tahun 2018.
Untuk menjaga keselematan penerbangan dari 6,5 juta penumpang tersebut, peran dari otoritas bandara bersama dengan AirNav Cabang Batam dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Batam menjadi sangat penting.
Direktur Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) Hang Nadim, Suwarso mengatakan dahulu otoritas bandara, AirNav dan BMKG merupakan satu kesatuan. Tapi saat ini sudah menjadi kesatuan tersendiri.
“Tapi kami bersama-sama punya prinsip untuk layani keselataman penerbangan. Sehingga di lapangan tidak boleh saling memaksakan ego karena semuanya punya peran vital,” kata Suwarso saat ditemui di kantornya, Rabu (21/8/2019).
Ketiga institusi ini menjalankan perannya masing-masing. Otoritas bandara bertugas melaksanakan pengaturan, pengendalian dan pengawasan kegiatan penerbangan di bandar udara. Sedangkan BMKG menyediakan informasi seputar kondisi cuaca untuk menjamin keselamatan penerbangan.
Sementara AirNav Cabang Batam memiliki tugas untuk memberikan layanan navigasi penerbangan di area Batam. Contohnya ketika pesawat akan mendarat di Batam, maka AirNav akan meminta informasi dari pilot dimana akan mendarat.
Kemudian informasi tersebut diteruskan ke otoritas bandara agar menyiapkan tempat. Atau ketika pilot meminta informasi mengenai kondisi cuaca di Batam sebelum pendaratan, maka AirNav akan mencari informasi tersebut ke BMKG untuk kemudian diteruskan ke pilot.
Dan masih banyak tugas-tugas pokok lainnya yang membutuhkan ketelitian, dedikasi, loyalitas dan rela berkorban.
“AirNav berikan pelayanan navigasi pesawat di udara. Jika ada yang divert, maka infonya ke AirNav. Baru kemudian diberi tahu ke Hang Nadim. Ketika sudah mendarat, baru pesawat itu merupakan tanggung jawab otoritas bandara,” ungkapnya.
Suwarso mengakui bahwa komunikasi intens terus berlangsung selama 24 jam antara ketiga belah pihak.
“AirNav dan BMKG harus tetap bersama kami. Tetap koodinasi dan saling erat menggenggam. Komunikasi tanpa putus,” ungkapnya.
Pria berkacamata ini mengungkapkan bahwa Batam merupakan salah satu magnet investasi di Indonesia. Statusnya sebagai kawasan perdagangan bebas yang menganut konsep free trade zone (FTZ) memiliki keistimewaan dalam bentuk insentif yakni bebas pajak pertambahan nilai (PPN), bebas bea masuk dan lainnya.
Insentif-insentif tersebut merupakan rangsangan menarik baik bagi investor luar negeri maupun dalam negeri.
Salah satu investor lokal yang sudah menanamkan investasinya sebesar Rp 1 triliun di Batam yakni PT Energi Unggul Persada (EUP) yang beroperasi di wilayah Kabil, Batam.
Investor lokal ini akan beroperasi secara penuh pada tahun 2020. PT EUP berencana akan memproduksi minyak kelapa sawit sebanyak 3.500 ton per hari dan 1.000 ton biodiesel per hari.
Produk olahan dari kelapa sawit tersebut akan diekspor ke Tiongkok dan Eropa. Sedangkan produk biodiesel merupakan pesanan dari Pertamina.
Sedangkan dari luar negeri, perusahaan semikonduktor terbesar kedua di dunia yakni Pegatron dari Taiwan juga memutuskan untuk membuka pabrik di Batam.
Dengan nilai investasi sebanyak 560 juta Dolar Amerika, Pegatron akan memproduksi produk smarthome yang diekspor ke Amerika. Pegatron juga mengklaim akan merekrut sekitar 1.000 tenaga kerja lokal.
Untuk mendukung pertumbuhan investasi di Batam, dukungan dalam bentuk sinergitas antara otoritas bandara, AirNav Cabang Batam dan BMKG Batam dalam menjamin keselamatan penerbangan memang sangat penting.
“Kelancaran transportasi penduduk serta arus barang dan jasa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan.
Hal tersebut memiliki kontribusi positif terhadap pertumbuhan perekonomian nasional serta pariwisata karena bertambah banyaknya wisawatan asing yang datang ke Indonesia,” ungkapnya.
Di sektor pariwisata, Batam memang merupakan salah satu pintu masuk utama di Indonesia, selain Jakarta dan Bali bagi para wisatawan mancanegara (wisman).
Selain berwisata di Batam, banyak juga wisman yang meneruskan perjalanan wisatanya ke daerah lainnya di Indonesia, tentu saja lewat jalur udara.
Suwarso menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi di Batam memang masih mengandalkan industri pengolahan yang menyerap banyak tenaga kerja.
Dari gaji yang tenaga kerja terima, kemudian melakukan proses transaksi seperti membeli kebutuhan hidup berupa sandang, pangan dan papan. Dari mekanisme tersebut, rantai ekonomi Batam bisa bergerak.
Sedangkan sisi positif dari pariwisata yakni membantu sektor usaha seperti perhotelan, jasa traveling, restauran, tempat hiburan dan lainnya mendapatkan pelanggan. Dari mekanisme tersebut, rantai Ekonomi Batam juga turut terbantu untuk bergerak.
Makanya untuk meningkatkan arus manusia dan juga barang, otoritas bandara juga akan mengembangkan bandara lebih besar lagi untuk menjamin kelancaran arus transportasi udara.
Tiap tahun, jumlah penumpang dan penerbangan terus meningkat. Berdasarkan data dari BUBU Hang Nadim, pada tahun 2013, jumlah penumpang mencapai 4.212.496 penumpang dan jumlah penerbangan mencapai 35.770 penerbangan.
Pada tahun 2014, jumlah penumpang mencapai 4.772.873 penumpang dan jumlah penerbangan mencapai 39.797 penerbangan. Pada tahun 2015, jumlah penumpang mencapai 5.030.785 penumpang dan jumlah penerbangan mencapai 41.078 penerbangan.
Pada tahun 2016, jumlah penumpang mencapai 6.136.381 penumpang dengan jumlah penerbangan mencapai 48.620 penerbangan. Pada tahun 2017, jumlah penumpang mencapai 6.326.783 penumpang dengan jumlah penerbangan mencapai 45.452 penerbangan.
Pada tahun 2018, jumlah penumpang mencapai 6.500.000 dengan jumlah penerbangan mencapai 42.513 penerbangan.
Dan pada tahun ini, hingga Juni 2019, jumlah penumpang mencapai 2.136.726 penumpang dengan jumlah penerbangan sudah mencapai 17.226 penerbangan.
Berangkat dari hal ini, Suwarso menilai peran AirNav Cabang Batam kedepan akan semakin besar. Karena dengan berkembangnya bandara, maka jumlah penerbangan dan juga jumlah penumpang akan meningkat.
Sehingga BP Batam membuka tender pengembangan bandara beberapa waktu lalu. Saat ini sudah ada tujuh perusahaan dan konsorsium perusahaan yang lolos tahapan prakualifikasi.
”Diperkirakan April 2020 baru ada pengumuman nama pemenang. Adapun proyek yang akan dibangun antara lain membangun terminal 2, revitalisasi terminal 1, dan penambahan apron,” ungkapnya.
Menurut Suwarso, perkiraan waktu penyelesaian memakan waktu dua hingga tiga tahun. Perkiraan nilai investasi mencapai 48 juta dolar AS.
Setelah pengembangan tahap pertama tersebut selesai, maka pengembangan tahap kedua akan dimulai yakni membangun Hang Nadim sebagai pusat logistik.
“Sesuai masterplan, kami akan mengembangkan bandara di luar konvensional jadi bandara yang berfungsi sebagai hub logistik. Nantinya akan memberi dampak pada industri tidak hanya di Batam tapi di daerah-daerah lain juga,” katanya lagi.
Nantinya, Bandara Hang Nadim juga akan memiliki gudang yang menyesuaikan dengan kebutuhan industri e-commerce.
Dengan hadirnya gudang untuk produk-produk e-commerce, bandara ini akan menjadi penghubung penyedia produk dengan pembeli yang tidak hanya ada di Indonesia. Namun juga negara-negara tetangga di Asean.
“Kami siapkan gudang yang sesuai dengan kebutuhan e-commerce, barangnya sudah siap di Hang Nadim,” ungkapnya.
Dengan bentuk pengembangan bandara seperti itu, maka peran AirNav Cabang Batam akan semakin vital.
Tugasnya akan semakin berat karena harus menjaga keselamatan ribuan penerbangan dan jutaan penumpang yang datang dan berangkat dari Batam, dimana jumlahnya terus bertambah tiap tahunnya.
“Selama ini AirNav telah menjalankan tugasnya dengan baik dalam mengawal keselamatan penerbangan di Batam. Arus pergerakan penumpang dan barang semakin lancar dan makin menguatkan fondasi ekonomi di Batam. Terima kasih AirNav,” ungkap Suwarso.
Keselataman Penerbangan adalah Nomor Satu
Menjaga keselamatan penerbangan merupakan tugas utama dari Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) yang biasa disebut juga dengan AirNav Indonesia.
Tugasnya semakin penting di Batam, karena kota tersebut merupakan salah satu pintu gerbang utama ke Indonesia. Ditambah lagi dengan perannya sebagai motor penggerak roda ekonomi Indonesia dengan statusnya sebagai kawasan perdagangan bebas yang menganut konsep free trade zone (FTZ).
General Manager AirNav cabang Batam, Mi’wan Muhammad Bunay mengatakan AirNav bertugas menyediakan jasa pelayanan navigasi penerbangan sesuai dengan standar yang berlaku untuk mencapai efisiensi dan efektivitas penerbangan dalam lingkup nasional dan internasional.
Tugas pokok AirNav yakni melayani lalu lintas penerbangan atau air traffic services (ATS) dengan layanan yang mencakup pemanduan lalu lintas penerbangan atau air traffic control service, layanan informasi penerbangan atau flight information service dan pelayanan kesiagaan atau alerting service.
Sedangkan tugas lainnya yakni layanan telekomunikasi penerbangan, layanan informasi aeronautika, layanan informasi meteorologi penerbangan dan layanan informasi pencarian dan pertolongan.
“Di Batam, pelayanan kami tidak boleh putus. Selalu ada frekuensi radio cadangan untuk proses backup. Biasanya dalam setahun dua kali kami pakai frekuensi cadangan tersebut,” paparnya saat ditemui di kantornya yang berada di kawasan Bandar Udara Hang Nadim, Rabu (21/8) pagi.
Frekuensi cadangan ini penting untuk menjaga komunikasi dengan pilot pesawat di udara sehingga menjaga keselamatan penerbangan agar tetap terjamin.
Batam menurut Mi’wan sangat unit. Bukan hanya dari status ekonominya, tapi juga dari kondisi cuaca yang ekstrem.
Kondisi cuaca di wilayah kepulauan memang sulit ditebak. Kadang kala berawan dan cerah, tapi bisa tiba-tiba menjadi hujan lebat yang biasa disertai dengan angin kencang.
“Cuaca di Batam sangat ekstrem, khususnya mengenai masalah hujan. Kami harus segera menginformasikannya ke pilot,” ungkapnya.
Untuk menginformasikannya ke pilot, AirNav memproses informasi resmi BMKG yang selalu datang tiap 30 menit sekali dalam bentuk Notice to Airmen (Notam). Data Notam tersebut kemudian diubah menjadi suara melalui gelombang frekuensi radio.
“Tapi kadang kala masih ada gangguan spektrum. Kalau sudah begitu, maka harus koordinasi dengan Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio (Balmon) untuk investigasi,” katanya.
Gangguan spektrum itu sering terjadi karena ada frekuensi ilegal yang masuk di jalur komunikasi antara pesawat dan petugas AirNav.
Cuaca dan frekuensi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh AirNav cabang Batam. Untuk mempermudah tugasnya, maka penjaga keselamatan penerbangan ini memiliki Letter of Operational Coordination Agreement (LOCA) dengan BMKG, Balmon, otoritas bandara, Basarnas dan lainnya.
Ketika pesawat sudah memasuki area Batam, maka AirNav akan berkomunikasi dengan pilot untuk menentukan lokasi dan waktu pendaratan yang ideal.
Informasi ini penting untuk mengatur jarak antar pesawat saat sudah mendekati langit Batam sehingga tidak terjadi Breakdown of Separation (BOS).
Masing-masing pesawat memang sudah dilengkapi dengan sistem Global Positioning System (GPS), tapi tetap juga memerlukan panduan petugas AirNav agar mengetahui posisi yang tepat di udara sebelum pendaratan.
“Kami kerja sesuai standar operasional prosedur (SOP). Dan Key Performance Indicator (KEI) kami adalah zero BOS. Kami harus jaga agar tetap nol yang artinya menuju kesempurnaan,” ungkapnya.
Mi’wan menyadari bahwa Batam memiliki peran penting sebagai motor penggerak roda ekonomi nasional. Tiap hari AirNav harus mengawasi 122 penerbangan harian yang hilir mudik di Batam.
Jika ditotal dalam setahun, total penerbangan yang sudah diawasi AirNav Cabang Batam bisa mencapai puluhan ribu.
Sebagai contoh hingga Juni 2019 saja, AirNav sudah menjaga keselamatan dari 17.226 penerbangan yang datang, berangkat maupun transit di Batam. Begitu juga dengan jumlah penumpang, AirNav sudah menjaga keselamatan dari nyawa 2.136.726 penumpang yang hilir mudik di Batam.
Untuk memastikan itu, petugas AirNav rela kerja selama 24 jam, meskipun terkadang penerbangan malam jarang dilakukan di Batam.
Bahkan terkadang, mereka harus mengorbankan waktu liburan berharga bersama keluarga saat hari Lebaran maupun Natal hanya untuk menjaga penumpang agar selamat sampai di tujuan.
“Tugas kami adalah melayani navigasi dan menjaga keselamatan penerbangan di Batam,” ungkapnya mantap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar