Menko Perekonomian Darmin Nasution, Kepala BP Batam dan investor Singapura saat MoU pembangunan kilang di Batam. (foto: ist/rilis)
BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Setelah meluncurkan izin investasi 3 jam dan
KLIK, usaha BP Batam menggaet investor asing ke Batam, Kepulauan Riau
membuahkan hasil. BP Batam berhasil menggaet investor asal Singapura PT.
Enerco RPO International menanamkan modal senilai US$ 100 juta untuk
membangun kilang minyak terbesar di Asia.
Penandatangan nota kesepahaman ini dilakukan oleh Kepala BP Batam
Hatanto Reskodipoetro dengan Komisaris Enerco RPO Internasional Hendro
Sutandi dan PT. Kabil Citranusa selaku pemilik Kawasan Industri
disaksikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan
Duta Besar Singapura untuk Indonesia Anil Kumarnayar di kantor Kemenko
Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (19/9/2016).
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengungkapkan, pemerintah
telah menempuh jalur yang benar terhadap Batam. Upaya tersebut meliputi
pembubaran Otorita Batam, pembentukan dewan kawasan, perombakan BP Batam
dan menjadikan Batam sebagai wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
"Sudah terlalu lama Batam tidak begitu menarik bagi investor. Dengan
upaya yang sudah dilakukan enam sampai tujuh bulan ini, saya percaya
kita telah menempuh jalur yang tepat. Kita sedang persiapkan Batam
menjadi KEK," ujar Menko Darmin rilis yang diterima Batamnews.co.id,
Selasa (20/9/2016).
Menurut Darmin, masih banyak yang harus diselesaikan BP Batam
terutama persoalan tanah. "Diharapkan BP Batam bukan hanya mewujudkan
Batam menjadi kawasan menarik bagi investor," kata dia.
Kepala BP Batam Hatanto menambahkan, BP Batam selama ini telah
bekerja keras meningkatkan efisiensi dalam proses perizinan, seperti
kemudahan berusaha dan penyediaan lahan.
"Ini adalah investasi pertama kali yang masuk dan memanfaatkan Izin
Investasi 3 Jam. Ini juga investasi pertama dalam enam bulan kita
bekerja. Kalau Izin Investasi 3 Jam kan baru kita luncurkan satu bulan
lalu," terangnya.
Ia berharap, setelah penandatanganan nota kesepahaman investasi ini,
diikuti investor lainnya yang berminat menanamkan modalnya di Batam.
"Langkah berikutnya meningkatkan kapasitas pelabuhan dan bandara,
jadi kegiatan mendatangkan barang bisa lebih efisien dengan
infrastruktur tersebut," ujar Hatanto.
Melalui program KILK (Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi), BP
Batam akan memfasilitasi semua proses perizinan yang dibutuhkan Enerco
agar dapat segera melaksanakan konstruksi pembangunan Kilang TDAE
(Treated Distillate Aromatic Extract) di Batam, sementara proses
pengurusan dokumen tetap berjalan sesuai dengan aturan yang berIaku.
Terkait proyek ini, investasi yang dikeluarkan mencapai sekitar US$
98 juta, terdiri dari biaya Investasi dan modal kerja yang sepenuhnya
didukung oleh investor swasta nasional.
"Pekerjaan engineering telah dimulai sejak Oktober 2015 sehingga
pekerjaan pengadaan barang dan konstruksi diharapkan dapat segera
dimulai dan ditargetkan akan selesai pada akhir 2017," kata Komisaris
Enerco RPO Internasional, Hendro Sutandi.
Kilang TDAE ini akan dibangun di Kawasan lndustri Terpadu Kabil,
Batam di atas lahan seluas 2,3 hektar. Lokasi Kilang di Batam ini secara
geografis sangat strategis, di mana armada tanker akan dipersiapkan
langsung dari Batam ke wilayah Indonesia dan negara tujuan ekspor di
Singapura, China, Korea, Jepang dan India.
Selain itu juga akan dipersiapkan sistem logistik untuk mendukung
kelancaran distribusi produk TDAE dalam rangka memenuhi kebutuhan
industri ban dan karet sintetis di dalam maupun di luar negeri.
Pemilihan lokasi di Batam ini juga didorong oleh adanya kebijakan
Pemerintah Indonesia tentang sistem bebas perpajakan yang berlaku di
Batam. Serta adanya kebijakan dari BP Batam dan Pemerintah daerah
setempat yang memberi banyak kemudahan untuk proses perizinan usaha dan
pembangunan kilang.
Selain itu, Batam dianggap area yang tepat karena faktor tersedianya
lahan dan infrastruktur yang memadai di dalam Kawasan lndustri Terpadu
Kabil. Semua faktor ini, diharapkan akan membuat produk TDAE dari Enerco
mampu bersaing di pasar global.
Kilang TDAE ini dirancang dengan kapasitas produksi lebih dari
100.000 ton TDAE per tahun. Investasi ini menggunakan teknologi berbasis
Hak Paten Proses yang dimillki oleh perusahaan swasta nasional
bekerjasama dengan salah satu BUMN terkemuka di Indonesia.
Dalam proses pembangunan kilang, Enerco bekerjasama dengan beberapa
perusahaan engineering dan manufacturing asal Eropa untuk pembangunan
kilang TDAE. Selain itu, Enerco telah bekerjasama dengan ExxonMobil
untuk pasokan bahan baku dari kilang mereka yang berlokasi di Singapura.
Hendro menambahkan, kilang ini akan memproduksi minyak proses yang
ramah lingkungan dan memenuhi persyaratan kesehatan (non-karsinogenik),
yaitu Rubber Process Oil (RPO) jenis TDAE yang akan digunakan sebagai
salah satu bahan baku untuk pembuatan ban berstandar internasional (High
Performance Tyre).
"Kilang TDAE ini akan menjadi yang pertama di Indonesia sekaligus terbesar di kawasan Asia," tegas Hendro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar