Direktur Pengembangan Aset BP Batam, Dendi Gustinandar (kanan). (Foto: Nando)
BATAMTODAY.COM, Batam - Hunian yang layak menjadi salah satu elemen memenuhi kenyamanan bagi para pekerja di sektor industri di Kota Batam. Namun keterbatasan lahan serta tingginya biaya hidup dan biaya untuk tempat tinggal, kerap meresahkan para pekerja dan terpaksa bermukim di rumah liar (Ruli).
Namun, keterbatasan hunian pekerja sudah ada solusi dari pemerintah dengan membangun Rumah Susun Sewa (Rusunawa). Menjadi pilihan tepat dengan biaya yang terjangkau. Rusun yang disediakan oleh BP Batam mungkin juga bisa menjadi jawaban bagi para pekerja yang masih merasa kebingungan dalam mencari hunian yang nyaman.
"Untuk rusun yang dibangun dan dikelola BP Batam sendiri itu ada lima diantaranya Rusun Mukakuning, Kabil, Batuampar, dan Sekupang. Selain itu saat ini BP juga telah membangun satu rusun lainnya di kawasan Tanjunguncang," ujar Direktur Pengembangan Aset BP Batam, Dendi Gustinandar, saat ditemui di Marketing Center BP Batam, Rabu (28/3/2018).
Adanya pembangunan rusun ini terkhusus bagi para pekerja di sektor industri di Kota Batam. "Kita tau Batam rancangannya adalah kota industri, namun dari dulu itu BP Batam tidak hanya memikirkan aset untuk pembangunan pabrik dan lainnya, tetapi juga permukiman yang layak bagi para pekerja menjadi fokus utama dari pimpinan," lanjutnya.
Hingga saat ini BP Batam telah menyediakan sebanyak 1.820 kamar di lima rusun yang telah terbangun. Bahkan agar tidak memberatkan para pekerja, terutama bagi mereka yang masih baru saja datang dan mendapat pekerjaan, biaya sewa rusun tergolong cukup murah hanya Rp 127.200 ribu hingga Rp 172.500 ribu per orang untuk satu kamar selama sebulan.
"Untuk harga paling murah ini untuk kamar yang berada di lantai paling atas, sementara untuk yang palin mahal kamar yang berada di lantai dasar. Kalo dihitung-hitung untuk sebulannya hal ini akan sangat membantu para pekerja, daripada harus menyewa atau kos di tempat yang mungkin tidak nyaman. Karena bukan hanya memberikan tempat tinggal sementara, rusun yang dibangun oleh BP Batam berkonsep untuk meningkatkan taraf hidup dari para pekerja," paparnya.
Namun, melemahnya sektor industri di Batam pada awal dan pertengahan tahun 2017 lalu ternyata sangat berpengaruh terhadap jumlah penghuni dari rusunawa ini. "Occupancy dari rusunawa yang dimiliki oleh BP Batam juga sempat mengalami penurunan hingga di bawah 60 persen, pada tahun 2017 lalu hal ini sendiri merupakan efek melemahnya sektor industri di Batam," ungkap Kasubdit Pemanfaatan Hunian, Adsel Hamzah di waktu bersamaan.
Namun hal ini sendiri ternyata tidak berlangsung lama, dimana dari awal tahun 2018 persentase penghuni di rusunawa BP Batam sendiri mulai mengalami peningkatan. "Peningkatan sejak akhir tahun 2017 kemarin memang belum terlalu signifikan, baru mencapai angka 6 persen dimana dari total jumlah hunian di rusun sudah ada 2.822 orang yang menempati unit rusun. Mulai dari yang satu kamar bersama teman-temannya, hingga yang telah berkeluarga," kata Adsel.
Peningkatan taraf hidup bagi para pekerja sendiri juga terus dilakukan oleh BP Batam, dimana sejak tahun 2017 lalu tidak hanya melakukan perbaikan bagi unit yang telah mengalami kerusakan. Penambahan beberapa fasilitas juga dilakukan untuk menambah kenyamanan bagi para penghuni rusun.
"Kami telah lakukan perbaikan bagi unit-unit yang telah rusak dan melakukan perawatan kembali ke beberapa rusun yang tergolong dalam kategori padat. Beberapa fasilitas juga telah ditambahkan seperti ATM Center, Community Center, Lapangan Olahraga serta fasilitas keamanan," ucapnya.
Editor: Yudha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar