IDNNews.id, Batam – Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Edy Putra Irawady mengaku optimis akan potensi Batam dalam menggaet investasi baru. Hal ini terlihat dalam komitmen Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$900 juta atau setara dengan Rp12,7 triliun pada 2020 mendatang. Sementara itu, BP Batam telah meraup investasi hampir Rp 1 triliun di kuartal I tahun 2019.
Kepala BP Batam Edy Putra Irawadi menggolongkan rencana investasi tersebut sebagai penanaman yang sudah siap atau disebut pipeline. Ke depan, badan usaha tinggal merealisasikan investasi ini. Ia pun memperkirakan 10 ribu orang tenaga kerja bisa terserap dari investasi tersebut.
“Untuk sementara, nama perusahaannya belum bisa kita umumkan. Namun yang terpenting adalah komitmen yang sudah kita pegang dan masuk dalam golongan investasi the pipeline,” jelas Edy saat dihubungi IDNNews.id, Senin (15/7/2019) pagi.
Kepala BP Batam Edy Putra Irawady
Sebenarnya, PMA ini cukup signifikan jika dibanding tahun ini. Pada 2019, BP Batam tercatat mengantongi komitmen investasi sebesar Rp5,2 triliun, di mana Rp1,1 triliun sudah terealisasi hingga April lalu. Namun demikian, tetap saja angka US$900 juta tersebut masih dianggap kurang maksimal.
Menurut dia, Batam harus bisa menggaet investasi lantaran perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China membuat beberapa pabrik yang beroperasi di negara tirai bambu itu melakukan relokasi.
“Kami juga seleksi ketat investasi yang masuk ke Batam. Kami hanya ingin investasi dengan nilai barang tinggi, jasa-jasa, atau substitusi impor. Kami tidak takut, karena kami punya banyak fasilitas, seperti tax holiday, tax allowance, insentif sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan juga bebas bea masuk atas impor barang tertentu (inland Free Trade Area),” jelasnya.
Untuk itu, pihaknya akan membenahi beberapa infrastruktur dasarnya. Mengingat, pagu anggaran BP Batam rencananya dinaikkan menjadi Rp2,2 triliun atau meningkat 22,2 persen dibanding tahun ini, yakni Rp1,8 triliun.
Anggaran itu akan digunakan untuk membangun infrastruktur dasar yang dibutuhkan untuk pengembangan industri manufaktur teknologi tinggi, jasa logistik, hub logistik, serta pariwisata.
“Saya cukup happy (senang) dengan anggaran ini karena hanya Batam yang mampu menangani sunset industry dan punya akses ke negara-negara yang tidak memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia,” terangnya.
Sebelumnya, pencapaian di kuartal I tahun 2019 ini, menjadi pencapaian tertinggi di BP Batam. Ia pun menyebutkan ada beberapa faktor yang membuat investasi di BP Batam ini menjadi tinggi, khususnya di awal tahun.
Salah satunya pemberlakuan online single submission (OSS) di Batam. Sehingga, penyelesaian investasi tidak serumit dulu.
Selektif memilih investor
Dengan begitu, tak heran saat ini diakui Edy, banyak investor yang tertarik dengan Batam. Tapi, BP Batam selaku otorita harus selektif dalam memilih investor. “Batam itu berada hook Selat Malaka,sayang kalau yang ingin investasi itu sekadar perusahaan air minum, kami butuh lebih,” katanya.
Maka itu saat ini, pihaknya sedang memilah-milah proyek mana yang akan di garap di Batam. Saat ini sudah ada beberapa negara yang ingin masuk seperti Rusia dan Perancis. (Iman Suryanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar