Selasa, 31 Desember 2019 (Sumber: batam.tribunnews.com)
Proyek Instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) atau Waste Water Treatment Plant (WWTP) sudah mencapai 78,2
persen.
Ditargetkan, proyek tersebut akan selesai Desember 2020 mendatang.
"Proyek ini sendiri dikerjakan oleh Hansol EME dengan konsultannya
Sunjin, keduanya berasal dari Korea Selatan," ujar Kepala Bidang
Pengelolaan Limbah BP Batam, Iyus Rusmana di Bida Marketing BP Batam, Selasa
(31/12/2019).
IPAL Bengkong Sadai dibangun di atas lahan sekitar 7 hektare.
Proyek ini dibiayai dari dana dukungan Pemerintah Korea Selatan melalui
pinjaman lunak (soft loan) Economic Development Coorperation Fund (EDCF)
sebesar 43 juta dolar Amerika Serikat.
"Progres pengerjaannya sendiri, hingga Desember 2019 sudah mencapai
78,2 persen. Direncanakan pada Februari 2020, akan selesai," tuturnya.
Nantinya, IPAL Bengkong Sadai ini akan memiliki kapasitas 20.000 meter kubik
per hari atau 230 liter per detik dan mampu menghasilkan kompos sebanyak 18
kubik per hari.
Selain pembangunan IPAL Bengkong Sadai, BP Batam juga telah melakukan
pemasangan pipa dengan total panjang mencapai 114,3 kilometer (KM).
Dan sukses melakukan pemasangan 11.000 sambungan rumah dengan panjang
sambungan mencapai 500 KM.
"Pipa utama dari 114 km. Sudah terpasang sekitar 94 km. Sisanya sebagian
besar di perumahan. Perumahan yang besar itu, perumahan yang terlalui pipa yang
menuju ke stasiun pompa. Seperti Royal Grande, Perumahan PKP, dan lainnya. Ada
sisa 8 kilometer," katanya.
Diakuinya pembangunan IPAL tersebut sangatlah diperlukan.
Apalagi isu ketersedian air baku di Kota Batam menjadi hal yang sangat
penting guna memberikan pasokan air bersih untuk masyarakatnya.
Untuk itu, berbagai cara dan langkah dilakukan oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam
dalam menyediakan hal tersebut.
Saat ini Batam tak lagi memiliki kemampuan mengolah limbahnya sendiri.
Di mana jumlah limbah domestik dari aktivitas mandi, cuci, kakus (limbah
domestik) bertambah setiap hari akibat pesatnya pertumbuhan penduduk Batam.
Pembangunan IPAL ini juga sebagai bentuk pengamanan waduk dari limbah
domestik, penataan sanitasi pemukiman penduduk dan penyehatan lingkungan
permukiman, dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat Batam.
Sehingga masyarakat dapat menjadi lebih produktif dengan sistem pengelolaan
air limbah permukiman yang ramah lingkungan, serta peningkatan estetika
lingkungan.
Keberadaan IPAL ini sendiri, tambahnya, merupakan pengembangan dari IPAL
sebelumnya yang dibangun pada 1995 dan hanya memiliki kapasitas 33 liter per
detik.
"Sehingga ada upgarde sekitar 8 kali dari seebelumnya. Dan nantinya
pupuk atau kompos dari IPAL ini bisa digunakan untuk penghijauan hutan kota,
taman kota, dan taman-taman lingkungan," terangnya.
Ditempat yang sama, Deputi IV Anggota Bidang Pengusahaan BP Batam Syahril
Japarin mengatakan bahwa keberadaan IPAL ini terbilang sangat penting. Selain
untuk menjaga kualitas air dan kesehatan masyarakat berdasarkan penetapan
rencana sarana air limbah dan perlindungan terhadap sumber daya air.
"Juga dimaksudkan untuk meningkatkan sarana pengolahan air limbah
dengan percepatan pembangunan sanitasi permukiman," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar