Deputi Bidang Pengusahaan Saran lainnya BP Batam Purba Robert M. Sianipar bersama konsultan asal Jepang, Nippon Koei Co LTD menjelasakan mengenai MoU dalam mengantisipasi krisis air di Batam. (Foto: Irwan Hirzal)
BATAMTODAY.COM, Batam - Krisis air yang sempat
terjadi di Batam pada 2015 lalu, akibat pergantian iklim musim kemarau
membuat pasokan air ke masyarakat terhambat, bahkan terputus.
Guna mengantisipasi krisis air, BP Batam melakukan MoU
dengan konsultan asal Jepang, Nippon Koei Co LTD. Kerja sama tersebut
dalam rangka studi kelayakan pengembangan penyediaan air dan
infrastruktur air limbah domestik (rumah tanggaa). Di mana konsultan asal Jepang telah ditunjuk langsung oleh Ministry
of Economy, trade and Industry (METI) atau Kementerian Ekonomi
Perdagangan dan Industri Jepang.
"Permasalahan di Batam keterbatasan air menjadi pembatas dalam
pembangunan industri secara ekonomi. 2015 lalu kita mengalami krisis
air, kami mengantisipasi dengan kerja sama konsultan asal Jepang," ujar
Deputi Bidang Pengusahaan Saran lainnya BP Batam Purba Robert M.
Sianipar, Selasa (26/09/2017) sore.
Studi kelayakan nantinya akan dilakukan di setiap waduk atau
penampungan air di Batam. Karena dalam rencana pada 2020 akan terjadi
peningkatan daya tampung air di waduk Batam.
Karena infrastruktur waduk penampung air bersih harus dilakukan,
dalam mengantisifasi keringnya air. Selain itu masa konsesi PT Adhya
Tirta Batam (ATB) untuk pengelolaan air Batam akan berahir pada 2020
mendatang.
"Kami tidak mau ketika hujan kelebihan air, jangan sampe musim
kemarau kekurangan air. Studi ini dalam menentukan teknologi apa yang
cocok diterapkan di Batam.
Studi ini juga sangat penting dalam masa perpindahan ATB ke BP Batam
guna menjaga dan mempertahankan suplay air yang baik ke pada
masyarakat," katanya.
Dalam studi nanti, kata ketua Tim pelaksana Nippon Koei, Shochilo
Misaki, mengaku studi akan berlangsung hingga ahir Febuari 2018
mendatang. Dalam pengumulkan data dan analisa dilapangan oleh tim.
Ia juga mengaku, studi kelayakan pengembangan penyediaan air dan
infrastruktur air limbah, juga pernah ditangani di tiga Kota. Jakarta,
Banda Aceh dan Gunung Kidul.
"Kami ada enam orang yang akan bertugas di Batam, Ahir Febuari 2018 diharapkan selesai studi kelayakan." pungkasnya.
Editor: Gokl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar