BATAM
– Impor holtikultura ke Batam hingga saat ini masih terkendala karena
Rekomendasi Izin Produk Holtikultura (RIPH) belum dikeluarkan
Kementerian.
Akibatnya, stok sayuran di Batam sangat terbatas dan harga naik.
Diharapkan, operasi pasar yang digelar Pemko Batam berjalan sukses untuk
membantu masyarakat.
Demikian disampaikan Kadis Perindustrian Perdagangan ESDM, Amsakar
Ahmad, Kamis (14/7) di Batam. Untuk mengurangi dampak dari belum
keluarnya RIPH untuk importir dan kendala pasokan dari daerah lain yang
terbatas, digelar operasi pasar.
“Stok terbatas, jadi harga cabai, bawang, daging dan lainnya naik
sekitar Rp5 ribu sekilo. Ini juga karena di Medan dan Brebes, gagal
panen,” bebernya.
Untuk menahan laju kenaikan harga jelang Lebaran, Pemko Batam
menggelar operasi pasar. Operasi pasar sudah berlangsung di 20 titik
dari 48 titik yang direncanakan. Diantaranya di Sagulung, Batuaji dan
lainnya. Satu kecamatan dilakukan beberapa kali operasi pasar. Sementara
untuk harga, disalurkan dengan harga distributor.
“Komoditas yang dijual sesuai yang dibutuhkan masyarakat, sehingga
banyak peminatnya. Harganya juga murah karena harga distributor,”
bebernya.
Terkait dengan kenaikan harga, Amsakar menyebutkan sudah terjadi
untuk beberapa produk holtikultura. Diantaranya, bawang merah lokal
masih bertahan di atas Rp70 ribu per kg.
“Belum turunnya harga bawang karena pasokan masih minim,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kasubdit Humas dan Publikasi, Badan Pengusahaan (BP)
Batam, Ilham Eka Hartawan, mengungkapkan, sebenarnya ada 11 importir
holtikultura mengajukan perizinan. Hanya saja, impor masih menunggu
Kementerian Pertanian untuk mengeluarkan kuota. Ditanya soal RIPH
berdasarkan Permentan No.60 Tahun 2012 yang diterbitkan Kementerian
Pertanian. Ilham menyebutkan, selain Permentan, Permendag juga mengatur
kewajiban importir memiliki IT untuk memasukkan produk hortikultura. (mbb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar